JAKARTA – Sejumlah penelitian ilmiah menunjukkan bahwa tidak ada migrasi Bisphenol A (BPA) dari galon berbahan polikarbonat (PC) ke dalam air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat. Ini merupakan kabar baik yang membantah kekhawatiran yang banyak beredar di kalangan publik terkait potensi bahaya BPA dari galon tersebut.
Saat ini, sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan dengan berbagai metode untuk membuktikan adanya migrasi BPA dari galon PC ke air minum. Penelitian pertama dilakukan oleh institut teknologi terkemuka yang menguji beberapa merek air minum galon di sejumlah lokasi.
Penelitian yang Membuktikan Keamanan Air Minum
Dalam salah satu penelitian, para ilmuwan dari institusi tersebut tidak mendeteksi keberadaan BPA dalam semua sampel air minum yang diuji. Teknologi canggih seperti HPLC digunakan dalam penelitian ini, dengan tingkat sensitivitas yang sangat tinggi, yaitu Limit of Detection (LoD) sebesar 0,0099 mikrogram per liter. Ini menjadikannya salah satu metode uji paling akurat yang ada saat ini.
Sesuai dengan peraturan yang berlaku, batas maksimum migrasi BPA dalam wadah penyimpanan air minum ditetapkan pada 600 mikrogram per liter. Oleh karena itu, jika hasil penelitian menunjukkan bahwa semua air yang diuji aman, maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas air minum menjadi lebih legitim. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kualitas dan keamanan air minum yang berbasis pada uji ilmiah yang ketat dan independen.
Studi Lain yang Mendukung Temuan ini
Pada penelitian yang dilakukan oleh universitas lain di daerah Sulawesi Selatan, hasilnya pun sejalan. Melalui pengujian yang melibatkan galon-galon polikarbonat yang diambil dari berbagai lokasi, ditemukan bahwa tidak ada migrasi BPA dari galon tersebut ke dalam air minum. Ini menunjukkan penggunaan galon polikarbonat sebagai wadah air masih aman untuk kesehatan. Riset di sini bertujuan untuk memberikan kepastian kepada masyarakat mengenai berita yang sering kali menimbulkan keresahan.
Penelitian yang berjudul ‘Analisis Bisphenol-A dalam air galon’ ini telah diterbitkan secara resmi, menunjukkan bahwa metode penelitian yang dilakukan sudah sesuai dengan standar baik nasional maupun internasional. Di lokasi lain, penelitian juga dilakukan untuk mengungkap potensi migrasi BPA dari galon guna ulang, terutama yang terpapar sinar matahari. Hasil yang didapat pun tidak menunjukkan adanya kandungan BPA dalam air galon tersebut.
Lebih jauh, penelitian di kota lain juga mencakup beberapa merek air kemasan yang beredar, baik lokal maupun nasional. Dengan menggunakan teknik pengujian yang canggih, para ilmuwan membuktikan bahwa baik kondisi normal maupun terpapar sinar matahari tidak berpengaruh pada migrasi BPA. Ini menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air minum yang berasal dari galon polikarbonat.
Dipresentasikan oleh para peneliti, hasil ini memberikan jaminan bahwa migrasi BPA ke dalam air minum tidak akan terjadi meskipun galon diedarkan saat cuaca panas, asalkan suhu tidak melewati batas tertentu. Dalam catatan meteorologis, suhu tertinggi yang pernah tercatat di Indonesia hanya mencapai 38,5 derajat Celcius, jauh dari ambang batas yang dapat memicu masalah tersebut.
Melalui beragam penelitian yang dilakukan, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya memahami sumber informasi yang akurat mengenai keamanan penggunaan galon air minum. Temuan ini memberi landasan yang kuat dalam menjaga kepercayaan publik terhadap keamanan meminum air dari galon guna ulang polikarbonat.